Rabu, 13 November 2019

Hari pahlawan

Ia mengatakan upaya untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah bentuk rasa terimakasih atas jeri payah pahlawan terdahulu. Negara Kesatuan Republik Indonesia, lanjutnya, senantiasa terus ada hingga akhir zaman.

"Atas jasa beliau (para pahlawan) maka pada hari ini kita bisa menikmati kemerdekaan Indonesia, kita bisa menjadi bagian dari bangsa sejahtera. Oleh karena itu wajib bagi kita untuk terus menerus berterimakasih kepada para pahlawan yang telah mendahului kita," ujarnya.

Halim mengakui bahwa mempertahankan NKRI bukanlah hal mudah dan memiliki banyak tantangan. Tak jarang masyarakat saling diadu domba sehingga terjadi perpecahan. Sehingga menurutnya, menjadi tugas bagi seluruh masyarakat untuk saling menjaga dan menyadarkan.

SUMBER : https://m.detik.com

Peringati Hari Pahlawan, Mendes Halim Ajak Pegawai Optimalkan Kinerja

Jakarta - Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, Abdul Halim Iskandar memimpin upacara dalam peringatan Hari Pahlawan. Mendes mengajak seluruh pegawai untuk mengoptimalisasi kinerja serta bertanggung jawab dalam mengemban amanah pekerjaan. Menurutnya, hal tersebut adalah bentuk aktualisasi agar menjadi bagian dari pahlawan masa kini.

"Semua yang hadir (peserta upacara) hari ini adalah tonggak yang bertanggungjawab untuk terus mempertahankan dan mengembangkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), sebagai wujud rasa terimakasih kita kepada para pahlawan yang telah mengorbankan jiwa, raga, harta, dan nyawa," kata Halim dalam keterangan tertulis, Senin (11/11/2019). Upacara digelar di halaman Kantor Kemendes PDTT, Jakarta.
SUMBER : https://m.detik.com

Selasa, 12 November 2019

MEMPERINGATI HARI PAHLAWAN

Peristiwa 10 November 1945 menjadi salah satu pertempuan terbesar dalam sejarah bangsa. Peristiwa itu memperlihatkan kepada dunia bahwa Bangsa Indonesia memiliki kekuatan. Pertempuran tersebut dipicu oleh berbagai hal, antara lain: Insiden Hotel Yamato Sebulan setelah memproklamirkan kemerdekaannya, Indonesia kembali diguncang berbagai insiden. Di Surabaya, Belanda mengibarkan bendera negara mereka di Hotel Yamato. Insiden ini membuat warga setempat marah. Ini karena pada waktu itu, Pemerintah Indonesia sedang gencar-gencarnya memberikan informasi kepada rakyat mengenai makna kemerdekaan. Bukan itu saja, pemerintah kala itu juga melakukan sosialisasi setelah menetapkan Bendera Merah Putih sebagai bendera nasional. DI berbagai daerah, muncul wacana untuk mengibarkan Bendera Merah Putih. Surabaya pun tak ketinggalan. Masyarakat saat itu ramai mengibarkan bendera ke berbagai sudut kota. Namun, Sekutu yang saat itu memenangkan Perang Dunia II ingin mengambil kendali wilayah jajahan dari Belanda. Baca juga: Hari Pahlawan, Kisah Hotel Majapahit Surabaya yang Legendaris Hal itu membuat tentara Inggris yang tergabung dalam Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI) datang untuk melucuti tentara Jepang. Namun saat itu pihak Inggris juga turur memiliki misi lain yaitu mengembalikan Indonesia ke administrasi Pemerintahan Belanda. Bahkan, perwakilan Neteherlands Indies Civil Administration (NICA) turut membonceng pihak Inggris. Peristiwa ini akhirnya membuat sekelompok orang Belanda mengibarkam bendera Merah Putih Biru tanpa persetujuan Pemerintah Indonesia di Surabaya. Bendera tersebut berkibar di tiang paling atas Hotel Yamato pada malam hari. Pagi hari setelah pengibaran tersebut, masyarakat Surabaya yang melihat bendera Belanda sudah berkibar merasa marah dan murka. Mereka menganggap Belanda tidak menghargai usaha dari rakyat Indoensia yang telah memproklamirkan kemerdekaannya. Pengibaran bendera Belanda ini akhirnya membuat para pemuda bersitegang dengan orang-orang Belanda. Para pemuda yang diwakili oleh Residen Soedirman yang didampingi Sidik dan Hariyono kemudian menemui perwakilan Inggris, WVch Ploegman serta orang-orang Belanda di sana. Pertemuan tersebut bertujuan untuk berunding dan menurunkan bendera yang memicu amarah masyarakat Surabaya. Namun Ploegman menolak usulan tersebut. Dia bahkan juga menolak mengakui kedaulatan Indonesia. Segera setelah pertemuan, Ploegman mengeluarkan pistol yang memicu perkelahian di lobi Hotel Yamato. Kala itu, ia tewas dicekik Sidik, adapun Sidik lalu tewas ditembak tentara Belanda. Di luar gedung hotel, massa yang datang semakin banyak. Mereka mendukung Residen Soedirman membuat inisiatif agar bendera tersebut diturunkan. Residen Soedirman llau keluar dan mengatakan jika perundingan tidak menemui titik temu. Akhirnya, para pemuda yang masih berada di luar gedung memanjat naik ke atas hotel dan menurunkan bendera Belanda. Setelah itu, mereka merobek bagian biru dari bedera tersebut dan hanya menyisakan dua warna yakni merah dan putih. Bendera yang telah dirobek terseut kemudian dipasang kembali ke puncak tiang. Segera setelah bendera kembali terpasang, masyarakat memekikkan seruan Merdeka. Peristiwa ini kemudian menjadi awal dari berbagai pertempuran pertama antara pihak Indonesia dengan tentara Inggris.

SUMBER", https://www.kompas.com/tren/read/2019/11/10/053400865/hari-ini-dalam-sejarah--pertempuran-10-november-dan-berbagai-pemicunya?page=all.

Senin, 11 November 2019

Hari pahlawan

Latar Belakang. Ditetapkannya 10 November sebagai Hari Pahlawan bukan tanpa alasan. 10 November 1945 merupakan pertempuran antara arek-arek Surabaya dengan tentara Belanda. Peristiwa itu bermula dari kedatangan Tentara Sekutu ke Surabaya pada Oktober 1945 yang dipimpin oleh Jenderal Mallaby.






SUMBER :  https://www.kompas.com/tren/read/2019/11/10/061600865/sejak-1958-10-november-ditetapkan-sebagai-hari-pahlawan?page=all